CARA
MENGOLAH AIR MENJADI BERSIH
Pengolahan menurut
tingkatan perlakuan
A. Pretreatment
Dalam
proses pretreatment biasanya digunakan saringan (filter) kasar yang tidak mudah
berkarat. Dimensi saringan tergantung dari debit air limbah, misalnya untuk debit
air limbah 100 m'/jam, dimensi saringan (30 x 30)
cm sudah cukup baik untuk menyaring bahan kasar, sedangkan ukuran mesh-nya
dapat dibandingkan dengan kawat kasa saringan nyamuk. Saringan ini setiap hari
harus diperiksa untuk mengambil bahan yang tersaring agar tidak menghambat
aliran air buangan. Minyak dan lemak pada lapisan atas air akan tersaring pada
kawat kasa bersama dengan bahan kasar lainnya.
B. Primary Treatment
Proses penanganan
primer air buangan pada prinsipnya terdiri dari tahapan-tahapan untuk
memisahkan air dari limbah padatan, yaitu dengan membiarkan padatan tersebut
mengendap atau dengan memisahkan bagian-bagian padatan yang mengapung, seperti
daun, plastik, kertas dan sebagainya. Proses penanganan primer terdiri dari beberapa tahapan sebagaimana
ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Gambar
Proses penanganan primer air limbah.
Tahapan
proses penanganan primer air buangan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Penyaringan
Bahan-bahan buangan yang
mengapung dan berdimensi besar dihilangkan dari air buangan dengan cara
mengalirkan air tersebut melalui saringan.
b.
Pengendapan dan pemisahan benda-benda kecil.
Pasir, benda-benda kecil hasil
penghancuran dari padatan pada tahap pertama dibiarkan mengendap pada dasar
tangki pengendap 1.
c.
Pemisahan endapan
Setelah dipisahkan dari
benda-benda kecil, air buangan masih mengandung padatan tersuspensi. Padatan ini dapat mengendap jika
aliran air buangan diperlambat.
d.
Klorinasi
Air hasil penanganan primer
yang telah dihilangkan padatan dan padatan tersuspensinya kemudian diberi
perlakuan (treatment) dengan gas klorin sebelum dibuang ke sungai atau saluran
air.
Keberhasilan
pengendapan tergantung dari kondisi selama operasi, antara lain:
a.
Dimensi partikel. Semakin besar dimensinya, semakin cepat terjadinya pengendapan.
b.
Konsentrasi
padatan.
c.
Berat
jenis partikel.
d.
Suhu air limbah. Semakin tinggi
suhu, semakin kecil viskositas cairan.
e.
Retention
time. Waktu tinggal limbah di dalam bak pengendap.
f.
Pilihan
koagulan (bahan penggumpal) yang digunakan.
Sebagai
bahan koagulan (penggumpal) digunakan aluminium sulfat, natrium hidroksida,
soda abu, soda api, feri sulfat, dan lain-lain. Pilihan koagulan ini
dipengaruhi oleh tingkat keasaman air
limbah.
C. Secondary Treatment
Perlakuan
(treatment) kedua pada umumnya melibatkan proses biologis dengan tujuan untuk
menghilangkan bahan organik melalui oksidasi biokimia. Pada proses ini
banyak digunakan reaktor lumpur aktif dan tricking filter (penyaring
trikel). Suatu sistem lumpur aktif yang efisien dapat menghilangkan padatan tersuspensi
dan BOD sampai 80-85%.
Sistem penyaring trikel biasanya terdiri dari lapisan batu dan kerikil
dengan ketinggian 90 cm sampai 3 m, di mana air buangan akan dialirkan melalui
lapisan ini secara lambat. Bakteri akan berkumpul dan berkembang biak pada
batu-batuan dan krikil tersebut, sehingga jumlahnya cukup untuk mengkonsumsi
sebagian bahan-bahan organik yang masih terdapat di dalam air buangan setelah
proses penanganan primer.
Cara yang lebih baru untuk penanganan sekunder disebut proses lumpur aktif.
Pada proses ini kecepatan aktivitas bakteri ditingkatkan dengan cara memasukkan
udara dan lumpur yang mengandung bakteri ke dalam tangki sehingga lebih banyak
mengalami kontak dengan air buangan yang sebelumnya telah mengalami proses penanganan
primer. Pengembangan dari proses lumpur aktif ini telah dilakukan dengan jalan
menggantikan udara dengan oksigen murni, karena dengan menggunakan oksigen
murni maka lebih banyak bakteri yang dapat tumbuh di dalam wadah yang lebih
kecil. Air buangan kemudian keluar menuju ke tangki sedimentasi di mana padatan
akan dihilangkan. Proses penanganan sekunder ini diakhiri dengan proses
klorinasi. Lumpur yang mengandung bakteri dapat digunakan lagi dengan
mengalirkan kembali ke dalam tangki aerasi dan mencampurnya dengan air buangan
yang baru dan udara atau oksigen murni.
Gambar
Proses
lumpur aktif dalam air buangan
D. Tertiary Treatment
Sebagian
besar bahan terlarut yang terdapat di dalam air buangan tetap tinggal di dalam
air buangan tersebut setelah proses penanganan primer dan sekunder.
Komponen-komponen tersebut biasanya tahan terhadap pemecahan oleh bakteri. Oleh
karena itu ada beberapa perlakuan lanjut yaitu:
a)
Adsorbsi dan Pengendapan
Salah satu
cara untuk menghilangkan komponen-komponen terlarut tersebut adalah dengan
mengalirkan air yang telah diolah melalui lapisan karbon aktif. Komponen-komponen
organik yang terlarut akan diadsorbsi pada permukaan karbon aktif dan terpisah
dari air. Karbon yang sekarang banyak digunakan berbentuk butiran (granular)
atau bubuk (tepung).
Fosfor yang
merupakan nutrien tanaman dapat dihilangkan dari air dengan cara pengendapan. Dua metode kimia
yang dapat digunakan untuk mengendapkan fosfor adalah dengan penambahan kapur (Ca0). Metode yang
lain adalah dengan penambahan metal
hidroksida. Pada kedua metode tersebut fosfor anorganik (sebagai
fosfat) diendapkan sebagai garam fosfat yang tidak larut dengan kation seperti
Fe+3, AL+3 atau Ca+2, dan komponen fosfor
organik diadsorbsi pada endapan (floc) hidroksida yang terbentuk dari kation
tersebut dalam larutan alkali.
b)
Elektrodialisis
Dalam
proses yang kompleks ini digunakan listrik dan membran. Membran yang digunakan
biasanya terbuat dari plastik yang telah diberi perlakuan kimia. Pada metode
ini, aliran listrik dilewatkan melalui air oleh dua buah elekti-oda
(Gambar 7.7). Kedua elektroda tersebut dipisahkan satu sama lain oleh membran.
Ion-ion di dalam larutan akan tertarik oleh elektroda, menembus membran,
sehingga air yang tertinggal menjadi bersih dari garam-garam anorganik. Air
yang telah dibersihkan dengan cara ini dapat digunakan kembali atau diolah
lebih lanjut.
Gambar.
Sel elektrodialisis
c)
Osmosis Berlawanan
Proses osmosis terjadi bila terdapat dua macam larutan dengan konsentrasi
yang berbeda yang dipisahkan satu sama lain oleh suatu membran permeable. Selama
proses ini air akan mengalir dari larutan yang konsentrasinya lebih rendah
melalui membran ke larutan yang konsentrasinya lebih tinggi, sampai kedua
larutan tersebut mencapai kondisi ekuilibrium di mana konsentrasinya
menjadi sama. Osmosis berlawanan menggunakan proses semacam ini tetapi
dengan arah berlawanan.
Gambar.
Diagram Proses Asmosis Berlawanan
Tidak
satupun dari proses-proses yang telah diuraikan di atas yang dapat digunakan
untuk menangani air buangan dengan baik secara terpisah tanpa melakukan
kombinasi dari beberapa proses. Proses-proses tersebut harus dilakukan secara
berurutan dengan metode penanganan primer maupun sekunder. Salah satu contoh tahapan
proses penanganan air buangan adalah sebagai berikut:
a. Penanganan primer, yaitu membuang padatan yang
mengendap atau terapung.
b. Penanganan sekunder, yaitu proses
dekomposisi bahan-bahan padatan secara biologis.
c. Pengendapan, yaitu menghilangkan komponen-komponen fosfor dan padatan
tersuspensi.
d. Adsorbsi, yaitu menghilangkan bahan-bahan organik terlarut.
e. Elektrodoatisis, yaitu menurunkan konsentrasi garam-garam terlarut
sampai pada konsentrasi air sebelum digunakan.
f. Klorinasi, yaitu menghilangkan organisme penyebab penyakit.
Dengan melakukan
tahapan seperti di atas, air buangan diharapkan akan dapat digunakan kembali
karena kualitasnya telah kembali seperti sebelum digunakan.
Pengolahan Menurut
Karakteristiknya
1.
Proses Fisika
Yaitu
proses pengolahan secara mekanis dengan atau tanpa penambahan bahan kimia. Proses-proses
tersebut di antaranya adalah:
a) Penyaringan
Bertujuan
untuk memisahkan padatan yang tak larut, bahan kasar lain yang dimensinya cukup
besar sehingga padatan ini tertahan. Bentuk saringan ini bermacam-macam, mulai
dari yang halus sampai yang kasar. Saringan getar, barscreen dan racks; bak
dengan susunan batuan adalah jenis saringan kasar yang sering digunakan. Bentuk
saringan ini kadang-kadang berfungsi ganda, selain sebagai penyaring juga
sebagai alat pemindah bahan. Beberapa tipe dari saringan yang sering digunakan.
Bahan saringan yang sering digunakan adalah kawat stainless steel yang berupa
anyaman, kain polyster, kawat tembaga, plat karbon dengan ukuran kasar, sedang
dan halus.
Di bawah
ini contoh penyaringan barscreen.
b) Penghancuran
Dalam
limbah terdapat padatan dengan ukuran yang tidak seragam, yang jika terdapat di
dalam air membuat aliran air menjadi tidak merata. Bila disaring, bagian
tertentu dari saringan itu akan menebal sehingga mengakibatkan aliran menjadi
tidak merata. Padatan tersebut perlu dihancurkan menjadi butiran yang lebih
kecil dan seragam. Padatan kasar harus dihaluskan dahulu dengan menggunakan
pemotong berupa sisir sehingga padatan tadi seperti disisir terus menerus.
c) Perataan Air
Perataan
air dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan perataan aliran yang
dilakukan dengan mengubah sistem saluran dan dengan membuar kolam. Tujuan agar
terdapat keseragaman aliran pada saat terjadi percampuran dengan bahan kimia
agar memudahkan pengolahan lanjut.
d) Penggumpalan
Partikel
yang tak larut di dalam air akan membentuk endapan di dasar wadah. Dengan
penambahan zat kimia tertentu partikel ini akan bereaksi membentuk suatu
gumpalan sehingga dimensi partikel menjadi lebih besar yang karena pengaruh
gravitasi maka partikel tersebut akan mengendap. Bahan kimia yang digunakan
untuk penggumpalan, misalnya, adalah aluminium sulfat atau ferro sulfat. Untuk
mempercepat reaksi pada umumnya digunakan pengaduk yang kecepatannya dapat
diatur.
e) Sedimentasi
Air terus
bergerak, bahan koagulan (zat penggumpal) yang tidak cukup, merupakan faktor
yang mengakibatkan suatu bahan tersebut perlu diproses lebih lanjut agar dapat
mengendap. Dalam suatu bak yang disediakan, limbah masuk secara perlahan-lahan
sehingga partikel-partikel yang dikandungnya mulai mengendap.
Adapun beberapa
hal yang harus diperhatikan:
·
Perlu dibuatkan penahan air
masuk untuk menjaga arus turbulensi dan menahan buih.
·
Beban
aliran masuk perlu ditetapkan.
·
Kemiringan
bak ditetapkan ± 7° untuk memudahkan pengambilan lumpur.
f) Pengapungan
Proses ini menggunakan bantuan pompa
kompresor untuk memasukkan udara ke dalam air. Pipa yang telah dilubangi
dimasukkan ke dalam air melalui pipa yang sudah dilubangi tadi. Semakin banyak O2
kontak dengan H2O, semakin banyak limbah menyerap oksigen. Pemasukan udara ke dalam air akan
menciptakan gelembung-gelembung yang melekat pada suatu partikel dan dibawa
naik ke permukaan air.
Bentuk
adalah proses permasukan oksigen melalui pipa udara bertekanan!
Gambar.
Pemasukan Oksigen melalui pipa udara
bertekanan
g) Filtrasi
Filtrasi merupakan proses penyaringan
padatan halus yang tidak mengendap walaupun sudah ditambah dengan bahan kimia. Penyaringan ini menggunakan media seperti
pasir, kerikil dan karbon aktif. Filtrasi merupakan suatu bentuk metode
pengolahan untuk menghasilkan effluent limbah dengan efisiensi tinggi.
2.
Proses Kimia
Proses
pengolahan secara kimia menggunakan bahan kimia untuk mengurangi konsentrasi
zat pencemar di dalam limbah. Dengan adanya bahan kimia berarti akan terbentuk
unsur baru dalam air limbah, yang mungkin berfungsi sebagai katalisator. Proses
ini mempunyai kelemahan, yaitu cara pengambilan unsur baru yang terbentuk dalam
proses tersebut.
Berikut
ini adalah yang termasuk proses kimia, diantaranya sebagai berikut:
a) Pengendapan dengan Bahan Kimia
·
Proses dengan Lagon
Lagon atau kolam sering digunakan sebagai reaktor
biologikal. Lagon dilengkapi dengan peralatan aerasi baik alamiah
ataupun dengan menggunakan kompresor jika dalam kolam tumbuh algae.
Pada tahap awal, zat-zat
organik dalam air dipecahkan menjadi karbondioksida dan amoniak. Saringan kasar dipasang di tempat sebelum air limbah masuk. Juga ada
gritchamber (bak pemisah air), alat ukur debit, dan oil catcher (bak
penyaring minyak).
Berikut ini ditunjukan skema proses pengolahan dengan lagon.
Gambar.
Pembersihan dengan lagon
·
Netralisasi
Air limbah yang terdapat dalam
kondisi asam atau basa harus dinettalkan sebelum dan sesudah
perlakuan (treatment). Untuk air limbah dengan proses treatment
biological, pH harus dijaga antara 6,5 - 8,5, suatu kondisi yang cukup baik
untuk proses pertumbuhan mikroorganisme.
Untuk proses pengendapan
tersebut perlu dilakukan pemilihan koagulan, agar dapat terbentuk
butiran-butiran yang diharapkan.
b) Oksidasi dan Reduksi
Bahan kimia
pengoksidasi seperti klorin dan ozon digunakan untuk mengubah bahan organik dan
anorganik menjadi bentuk yang sesuai dengan yang dikehendaki. Bahan ini
digunakan untuk mereduksi BOD, warna, dan mengubah bahan spesifik seperti
sianida menjadi produk yang berguna.
c) Klorinasi
Bakteri
patogen didalam air limbah dapat dihancurkan dengan proses klorinasi. Baik
tidaknya hasil reaksi dalam proses ini ditentukan oleh suhu, pH, waktu kontak,
turbiditas dan konsentrasi klor.
Dalam air limbah
yang telah diklorinasi terdapat sisa-sisa klor yang membahayakan kehidupan
biota air maupun manusia karena mempunyai sifat racun. Oleh karena itu
sisa-sisa klor tersebut perlu diambil atau dihilangkan dan caranya antara lain
dengan menggunakan karbon aktif atau sodium sulfat.
3.
Proses Biologi
Proses
pengolahan limbah secara biologis adalah memanfaatkan mikroorganisme (ganggang,
bakteri, protozoa) untuk menguraikan senyawa organik dalam air limbah menjadi
senyawa yang sederhana dan dengan demikian mudah mengambilnya.
Proses ini
dilakukan jika proses fisika atau kimia atau gabungan kedua proses tersebut
tidak lagi memuaskan. Proses ini selain menghasilkan manfaat yang lebih tinggi,
penanganannya lebih mudah dengan biaya yang rendah. Keterbatasan sistem ini
adalah bahwa harus tersedia areal yang cukup iuas dan volume limbah yang diolah
tidak terlalu kecil. Proses biologis membutuhkan zat organik sehingga kadar
oksigen semakin lama semakin sedikit. Pada proses kimia zat tersebut diendapkan
dengan menambahkan bahan koagulan dan kemudian endapannya diambil.
Pengoperasian proses biologis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu operasi tanpa
udara dan operasi dengan udara. Di samping itu perlu diperhatikan
adanya percampuran yang merata dalam seluruh tangki sehingga seluruh zat
mengalami waktu kontak yang sama. Berdasarkan hal tersebut maka wakru
tinggal limbah dalam kolam harus dapat ditetapkan dengan tepat.
Proses
pengolahan limbah melalui cara biologis dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
pengolahan cara aerob, pengolahan cara anaerob, dan pengolahan fakultatif.
2.
CARA PENGOLAHAN UDARA BERSIH DI PABRIK
2.1
Elektroforosis
Jika
partikel-partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik, berarti partikel
koloid tersebut bermuatan. Jika sepasang elektrode dimasukan ke dalam sistem
koloid, partikel koloid yang bermuatan positif akan menuju elektrode negatif
(katode) dan partikel koloid yang bermuatan negatif akan menuju elektrode
positif (anode).
Pergerakan
partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode di
sebut elektroforesis. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.
Pada sel
elektroforesis, partikel-partikel koloid akan dinetralkan muatannya dan
digumpalkan di bawah masing-masing elektrode. Disamping bagaimana menentukan
muatan suatu partikel koloid elektroforesis digunakan pula dalam industri.
Pencemaran
udara yang dikeluarkan melalui cerobong asap pabrik. Pertama-tama dikembangkan
oleh Frederick Cottrell (1877-1984) dari Amerika. Metode ini akan dikenal
dengan metode cottrel. Cerebong asap pabrik dilengkapi dengan suatu pengendap
listrik berupa lempengan logam yang diberi muatan listrik yang akan
menggumpalkan partikel-partikel koloid dalam asap buangan.
Gambar.
Pemaparan pengendap Cottrel
Ada
beberapa jenis peralatan yang digunakan untuk mengolah gas (udara):
2.2
Scrubber
Alat ini
digunakan untuk membersihkan gas yang mudah bereaksi dengan air. Prinsip
kerjanya adalah mencampur air dengan uap/gas dalam suatu wadah. Pada umumnya
arah aliran berlawanan, agar kontak antara uap/gas dengan air dapat sempurna.
Alat ini terdiri dari beberapa tipe, seperti wet scrubber, ventury scrubber dan
vertical scrubber.
Gambar.
Beberapa tipe dari Scrubber
2.3
Menara Semprot (Spray Tower)
Pada menara
semprot, gas kotor masuk dari bagian dasar akibat adanya tekanan. Gas
membumbung ke atas sementara dari atas disemprotkan air melalui pipa air yang
dilengkapi dengan sprayer sehingga air yang keluar merupakan butiran-butiran
halus yang memenuhi menara. Karena adanya gaya berat, butiran-butiran air akan
turun sementara gas nail: bersama udara. Gas yang terkandung dalam udara
bereaksi dengan air dan turun ke bawah kemudian ditampung dan dialirkan ke
tempat tertentu. Udara dan gas yang bersih keluar melalui cerobong atas.
Jenis lain
dari menara semprot adalah packet tower, yaitu menara yang dilengkapi
dengan paking yang berfungsi untuk memperluas permukaar, kontak antara uap/gas
pencemar dengan air.
Gambar.
Pocket Tower
Plate tower
merupakan bentuk lain dari menara semprot. Paking yang berupa piringan
berlubang-lubang digantungkan di bagian atas menara. Air berada di atas
piringan berlubang-lubang yang terus berputar sementara udara dan gas mengalir
dari bawah.
3.
SYARAT-SYARAT AIR BERSIH
1. Ph airnya berkisar antara (6,5-8) ® netral
2. Kandungan DO nya lebih tinggi dari BOD
3. Tidak terlalu banyak sedimen yang dapat
mengakibatkan air keruh dan tidak bisa dikonsumsi lagi.
4. Uji BOD nya tidak lebih dari 5 PPM setelah
5 hari di uji.
5. Uji BOD nya lebih tinggi dari COD.
4.
KESADAHAN AIR
Kesadahan
air diakibatkan karena adanya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) di dalam air
tersebut. Garam-garam ini terdapat dalam bentuk karbonat, sulfat, klorida,
fosfat dan lain-lain. Air dengan tingkat kesadahan yang telalu tinggi akan
sangat merugikan, diantaranya:
a.
Menimbulkan
korosi pada alat-alat yang terbuat dari besi.
b.
Menyebabkan
sabun kurang berbusa, sehingga meningkatkan konsumsi sabun.
c.
Menimbulkan
endapat atau kerak di dalam wadah-wadah pengelolaan.
Kesadahan air dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
a. Kesadahan sementara (temporer)
b. Kesadahan tetap (permanen)
Kesadahan
sementara disebabkan karena garam-garam karbonat (CO2-)
dan bikarborat (HCO3-) dan kalsium (Ca) dan magnesium
(Mg), garam karbonat merupakan garam yang tidak larut, sedangkan garam
bikarbonat merupakan garam yang larut. Garam karbonat dengan air dan
karbondioksida di udara akan membentuk garam bikarbonat yang larut. Oleh karena
itu, semakin tinggi konsentrasi karbondioksida di udara, semakin tinggi
kelarutannya dalam bentuk reaksi sebagai berikut:
Ca CO3 + CO2 +
H2O ® Ca (HCO3)2
tidak larut larut
Kesadahan
air ini bersifat sementara, karena dapat dihilangkan dengan cara pemanasan,
dimana terbentuk garam kalsium karbonat yang tidak larut dan mengendap,
sehingga dapat dihilangkan dengan mudah.
Ca (HCO3)2 ® Ca CO3
Dipanaskan (mengendap)
Kesadahan
tetap disebabkan oleh adanya garam-garam
klorida (C1-) dan siulfat (SO4) dari kalsium (Ca) dan
magnesium (Mg). Kesadahan karena garam-garam tersebut bersifat tetap dan sangat
sukar dihilangkan.
Air sadah
tetap tidak dapat dihilangkan kesadahannya dengan penguapan (pemanasan).
Derajat Kesadahan Air Berdasarkan Kandungan
Kalsium Karbonat
Derajat Kesadahan
|
CaCO3
(ppm)
|
Ion Ca-
(ppm)
|
Lunak
Agak sadah
Sadah
Sangat sadah
|
< 50
50-100
100-200
>200
|
<2,9
2,9-5,9
5,9-11,9
>11,9
|
5.
MANFAAT DAN KERUGIAN DARI ECENG GONDOK
Tanaman
eceng gondok ini merupakan salah satu tanaman yang populer di Indonesia.
Awalnya didatangkan dari Brasil oleh orang-orang Belanda sebagai tanaman hias,
adapun manfaat dari tanaman eceng gondok ini adalah sebagai berikut:
a.
Filter
air dari polusi logam-logam berat.
b.
Bahan
kerajinan tangan
c.
Bahan
pakan ternak
d. Tanaman hias yang indah dengan bunga
berwarna ungu muda yang tersusun dalam malal dan hanya mekar untuk sehari saja.
Adapun kerugian dari pada
eceng gondok ini adalah:
1. Dalam jumlah yang terlalu banyak,
pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan eutrofikasi.
2. Berkurangnya oksigen terlarut dalam air
3. Kehidupan biota dalam air terganggu,
karena tidak ada O2 untuk respirasinya.
4. Menyebabkan keadaan blooming, apalagi pada
kolam yang diam sehingga oksigennya tidak dapat masuk ke dalam air, airnya akan
berbau busuk.
DAFTAR PUSTAKA
Cherry, Don WS Threes Emir. 2000. Tanaman Air. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Istana.
Kristanto, Philip. 2000. Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.
Parning. 1999. Penuntun Belajar Kimia. Jakarta: Yudhistira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar