BAB I
LANDASAN PENDIDIKAN
Landasan pendidikan adalah seperangkat asumsi yang dijadikan titik tolak
dalam rangka pendidikan. Pendidikan berfungsi untuk memanusiakan manusia,
bersifat normatif, dan harus dapat dipertanggungjawabkan. Pendidikan hakikatnya
adalah upaya membantu manusia agar mampu mewujudkan diri sesuai kodrat dan
martabat kemanusiaannya atau mampu melaksanakan berbagai peranan sesuai dengan
statusnya berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang diakuinya. Dalam
pelaksanaannya, pendidikan tidak boleh dilaksanakan secara sembarang,
sebaliknya harus dilaksanakan secara disadari dan terencana.
Landasan pendidikan berasal dari berbagai sumber, berdasarkan sumbernya
landasan pendidikan terdiri atas:
1.
Landasan Religius Pendidikan
Landasan ini bersumber dari ajaran agama yang dijadikan acuan dalam
praktek pendidikan.
2.
Landasan Filosofis Pendidikan
Bersumber dari filsafat yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan
3.
Landasan Ilmiah Pendidikan
Bersumber dari disiplin ilmu tertentu yang dijadikan titik tolak dalam
pendidikan
Contoh: Landasan psikologis pendidikan, landasan sosiologis pendidikan,
landasan antropologis pendidikan dsb.
4.
Landasan Hukum Pendidikan
Bersumber dari peraturan/ perundangan yang berlaku dan dijadikan titik
tolak dalam pendidikan.
Berdasarkan sifat isi asumsi-asumsinya, landasan pendidikan terdiri dari:
1.
Landasan Deskriptif Pendidikan
2.
Landasan Preskriptif Pendidikan
Landasan pendidikan berfungsi sebagai titik tolak bagi para pendidik
dalam melaksanakan praktek pendidikan
Tugas/ Latihan
1.
Landasan pendidikan adalah suatu dasar/ fondasi
berdasarkan asumsi-asumsi yang dijadikan titik tolak dalam melaksanakan
pendidikan.
2.
Berdasarkan sifat wujudnya landasan pendidikan
tergolong ke dalam jenis landasan yang bersifat konseptual
3.
Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang
dijadikan titik tolak dalam pendidikan yang bersumber dari filsafat atau
pandangan hidup.
4.
Contoh landasan ilmiah pendidikan adalah landasan
psikologis pendidikan, landasan antropologis pendidikan, dsb.
5.
Landasan yuridis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang
berasal dari hukum perundang-undangan yang berlaku dan dijadikan titik tolak
dalam pendidikan.
6.
Dua jenis landasan pendidikan yang tergolong kedalam
landasan pendidikan preskriptif adalah landasan filosofis pendidikan dan
landasan religiud pendidikan
7.
Landasan deskriptif pendidikan adalah berbagai asumsi
tentang kehidupan manusia sebagai sasaran pendidikan apa adanya dan menjadi
titik tolak dalam pendidikan
Contohnya landasan psikologis pendidikan
8.
Untuk memahami berbagai landasan pendidikan seyogyanya
kita melakukan study dan praktek pendidikan
9.
Asumsi adalah gagasan atau kepercayaan, prinsip,
pendapat atau pertanyaan yang sudah dianggap benar dan dijadikan titik tolak
dalam berfikir dan bertindak..
Contoh: asumsi pendidikan adalah postulat, aksioma dan premis
tersembunyi.
10. Fungsi
landasan pendidikan dalam rangka praktek pendidikan adalah titik tolak atau
acuan bagi para pendidik dalam melaksanakan praktek pendidikan.
BAB II
MANUSIA DAN PENDIDIKAN
Manusia adalah kesatuan antara badani dan rohani yang hidup dalam ruang
dan waktu, memiliki kesadaran dan penyadaran diri, mempunyai berbagai kebutuhan
instinsik, nafsu serta mempunyai tujuan. Selain sebagai individu, manusia juga
merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan. Manusia memiliki inisiatif dan
kreatif dalam menciptakan kebudayaan yaitu keseluruhan sistem gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
manusia dalam belajar (Koentjaraningrat, 1985).
Ada 3 jenis wujud kebudayaan, yaitu:
1)
Sebagai kompleks dari ide-ide, ilmu pengetahuan,
nilai-nilai, norma, peraturan-peraturan dsb.
2)
Sebagai kompleks aktivitas kelakuan berpola dari
manusia dalam masyarakat
3)
Sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Sebagai subjek yang otonom, manusia selalu dihadapkan pada suatu
alternatif tindakan perbuatan yang harus dipilihnya. Adapun kebebasan untuk bertindak/berbuat
itu selalu berhubungan dengan norma-norma moral dan nilai-nilai moral yang juga
harus dipilihnya. Salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia yang terungkap dalam bentuk pangkuan
atau keyakinan akan kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam sikap dan
perilakunya adalah keberagaman. Ia memperoleh kejelasan tentang asal usulnya,
dasar hidupnya, tata cara hidupnya, dan menjadikan jelas pula kemana arah
tujuannya. Keberadaan manusia pada saat ini terpaut kepada masa lalunya, ia
belum selesai mewujudkan dirinya sebagai manusia, ia mengarah ke masa depan
untuk mencapai tujuan hidupnya. Dalam rangka mencapai tujuan hidupnya, manusia
berinteraksi/ berkmunikasi baik secara vertikal maupun horizontal. Dalam rangka
penyempurnaan diri baik dalam hubungannya dengan sesama/ dengan dunia dan
Tuhan, manusia selalu aktif dan tidak pernah berhenti baik dalam aspek
fisiologis maupun spiritualnya. Menuju manusia ideal.
Beberapa prinsip yang menjadi alasan keharusan pendidikan bagi manusia:
1.
Prinsip Historisitas
2.
Prinsip idealitas
3.
Prinsip posibilitas/ aktualisasi
Prinsip-prinsip kemungkinan pendidikan bagi manusia:
1.
Prinsip potensialitas
2.
Prinsip dinamika
3.
Prinsip individualitas
4.
Prinsip sosialitas
5.
Prinsip moralitas
Latihan dan Tugas
1.
Mengapa pendidik harus memahami hakikat manusia?
Karena, manusia mempunyai nilai dan kedudukan tersendiri bila
dibandingkan dengan benda, hewan dan tumbuhan
2.
Tuliskan kesimpulan tentang hakikat manusia!
Manusia adalah:
a.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan YME
b.
Manusia merupakan kesatuan badani dan rohani
c.
Manusia merupakan makhluk individual yang tidak dapat
dibagi-bagi sehingga bersifat unik
d.
Manusia bersifat homosocius
e.
Manusia sebagai makhluk yang berbudaya
f.
Manusia mempunyai kebebasan memilih untuk bertindak
dengan nilai-nilai moral dan norma-norma yang harus dipilih
g.
Keberagaman menjadikan manusia lebih bermakna
h.
Manusia terpaut dalam masa lalu (historisitas)
3.
Manusia adalah mahkluk individu/ personal artinya
manusia tidak dapat disamakan dengan manusia lain, manusia dilahirkan memiliki
kekhasan tersendiri. Manusia kembar sekalipun tidak bisa disamakan. Meskipun
manusia mirip, manusia ingin mengaktualisasikan potensi yang ada pada dirinya
dan ingin menjadi diri sendiri.
4.
Manusia adalah makhluk Tuhan, dikemukakan salah satu
argumen filosofisnya tentang adanya Tuhan:
a.
Argumen antologis yaitu semua manusia mempunyai ide
tentang Tuhan
b.
Argumen kosmologis, yaitu segala sesuatu yang terjadi
di alam ini pasti mempunyai sebab
c.
Argumen teleologis, yaitu manusia hidup itu hanya
mempunyai tujuan
d.
Argumen moral, adalah manusia dapat membedakan antara
yang baik dan yang buruk.
5.
Eksistensi manusia berdimensi historitas, artinya
manusia terpaut pada masa lalunya, masa sekarang manusia berkembang dan
akhirnya masa depan. Ia belum selesai mewujudkan dirinya untuk mencapai tujuan
hidupnya.
6.
Manusia adalah animal educandum, artinya hewan yang
perlu dididik dan mendidik diri, sedangkan manusia adalah animal educable berarti
hewan yang dapat dididik
7.
Tiga prinsip antropologis yang menjadi asumsi bahwa
manusia perlu dididik adalah:
a.
Prinisp historisitas
b.
Prinsip posibilitas
c.
Prinsip idealitas
8.
Lima prinsip yang menjadi asumsi bahwa manusia dapat
dididik adalah:
a.
Prinsip potensialitas
b.
Prinsip dinamika
c.
Prinsip individualitas
d.
Prinsip sosial
e.
Prinsip moral
9.
Manusia adalah makhluk yang dapat dididik, sebab itu
dalam menghadapi siswa yang mengalami kesulitan belajar guru diharapkan
bersikap sabar.
10. “Setiap
orang harus mendidik diri”, landasan antropologisnya karena dalam
bereksistensi, yang mengadakan diri itu pada hakekatnya adalah manusia itu
sendiri.
BAB III
PENGERTIAN PENDIDIK
Dalam arti luas, pendidikan adalah hidup artinya, pendidikan adalah
segala pengalaman (belajar) diberbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang
hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu. Sedang dalam
pengertian sempit, pendidikan schooling artinya pengajaran formal yang
terkontrol.
Pengertian pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah diantaranya
pendekatan sosiologi yang identik dengan sosialisasi, pendekatan antropologi
yang identik dengan enkulturasi, pendekatan sistem, pendidikan diartikan
sebagai suatu keseluruhan yang teridiri atas sejumlah komponen yang saling
berhubungan secara fungsional dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Pendidikan sebagai humanisasi diartikan sebagai upaya memanusiakan
manusia. Sasaran pendidikan hakikatnya manusia sebagai kesatuan yang
terintegrasi. Peran pendidik bukan untuk membentuk peserta didik, melainkan
membantu/ memfasilitasi peserta didik untuk mewujudkan dirinya dengan mengacu
kepada semboyan ing ngarso sung tulado (memberikan teladan), ing madya mangun
karso (membangkitkan semangat) dan tut wuri handayani (membimbing) istilah dan
makna pendidikan tidak berlaku untuk hewan.
Latihan/ Tugas
1.
Dalam arti luas, pendidikan adalah hidup artinya segala
peristiwa, tindakan/ kejadian yang berlangsung dilingkungan, terjadi sepanjang
hayat dan berdampak positif bagi perkembangan individu.
2.
Dalam arti sempit, pendidikan identik dengan schooling,
artinya pengajaran/ usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana yang
dilakukan oleh pengajar profesional kepada siswa/ mahasiswa dilembaga
pendidikan formal dibawah kondisi terkontrol.
3.
Bandingkan karakteristik antara tujuan pendidikan dalam
arti luas dan sempit.
Sempit : Terbatas pada
perkembangan kemampuan tertentu untuk mempersiapkan individu agar menjadi
anggota masyarakat.
Luas : Melekat pada diri
manusia, sama dengan tujuan hidup
4.
Bandingkan karakteristik bentuk kegiatan dalam arti
luas dan sempit:
Sempit : Pengajaran dibawah
kondisi terkontrol (formal)
Luas : Semua peristiwa/ pengalaman yang terjadi baik
dimaksudkan untuk pendidikan/ tidak
5.
Bandingkan karakteristik lamanya pendidikan dalam arti
luas dan sempit
Sempit : Terbatas, waktu
tertentu, terjadwal
Luas : Bertanggung
sepanjang hayat
6.
Berdasarkan pendekatan sosiologi pendidikan identik
dengan sosialisasi
7.
Berdasarkan pendekatan antropologi pendidikan identik
dengan enkulturasi
8.
Berdasarkan pendekatan politik pendidikan identik
dengan civilisasi
9.
Menurut pedagogik, pendidikan adalah suatu upaya yang
sengaja dilakukan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa untuk
mencapai kedewasaannya.
10. Berdasarkan
pendekatan sistem, pendidikan adalah suatu keseluruhan yang terjadi atas
sejumlah komponen yang saling berhubungan secara fungsional dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan.
11. Dalam
sistem pendidikan, tujuan pendidikan berfungsi:
-
Memanusiakan manusia
-
Menjadikan manusia ideal
12. Dalam
sistem pendidikan, fungsi peserta didik adalah belajar atau menjalani proses
pendidikan.
13. Raw
input sistem pendidikan adalah masukan mentah (siswa)
14. Berdasarkan
sudut pandangan antropologi filsafat, pendidikan adalah humanisasi artinya
upaya untuk memanusiakan manusia
15. Pendidikan
bukanlah upaya membentuk peserta didik, landasan antropologisnya karena pada
hakekatnya peserta didik adalah subjek yang otonom artinya yang berupaya untuk
mengaktualisasikan dirinya adalah peserta didik itu sendiri.
BAB IV
PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU DAN SENI
A. Studi Pendidikan
Studi pendidikan adalah upaya yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memahami pendidikan atau
menghasilkan sistem konsep pendidikan. Metode atau cara kerja dalam studi
pendidikan dibagi menjadi 3, yaitu:
1)
Metode kerja awam (kurang sistematis)
2)
Metode ilmiah
3)
Metode filsafiah
B. Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan adaah sistem pengetahuan tentang
fenomena pendidikan yang dihasilkan melalui penelitian dengan menggunakan
metode ilmiah. Ilmu pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.
Objek studi : Objek material (manusia) dan objek formal
(fenomena pendidikan )
b.
Metode : Metode ilmiah
c.
Isi :
Deskriptif, objektif dan preskriptif
d.
Fungsi : Menjelaskan, memprediksikan dan mengontrol
e.
Menggunakan ilmu-ilmu lain dalam mempelajari pendidikan
C. Praktek Pendidikan
Adalah upaya yang dilakukan seseorang atau sekelompok
orang dalam rangka memfasilitasi peserta didik agar peserta didik mencapai
tujuan pendidikan yang diharapkan.
1.
Praktek pendidikan sebagai panduan ilmu dan seni
Pendidik memerlukan ilmu pendidikan dalam rangka memahami dan
mempersiapkan suatu praktek pendidikan, namun dalam prakteknya pendidikan harus
kreatif, skenario/ persiapan mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja,
pendidik perlu melakukan improvisasi.
Tugas/ Latihan
1)
Secara etimologis ilmu berarti pengetahuan
2)
Secara operasional/substansial dewasa ini ilmu adalah
pengetahuan ilmiah yang dihasilkan oleh metode ilmiah
3)
Studi pendidikan adalah upaya yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memahami pendidikan dan
menghasilkan sistem konsep pendidikan
4)
Satu contoh studi pendidikan : seorang mahasiswa UPI
sedang membaca buku Landasan Pendidikan
5)
Tiga jenis metode kerja dalam studi pendidikan :
- Metode kerja awam
- Metode ilmiah
- Metode filsafiah
6)
Studi pendidikan melalui metode filsafiah menghasilkan
filsafat pendidikan
7)
Ilmu pendidikan adalah sistem pengetahuan tentang
fenomena pendidikan yang dihasilkan melalui pendidikan dengan menggunakan
metode ilmiah
8)
Objek matrial ilmu pendidikan adalah manusia
9)
Fungsi ilmu pendidikan :
- Menjelaskan
- Mengontrol
- Memprediksi
10) Praktek
pendidikan adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok orang dalam rangka
memfasilitasi peserta didik agar tujuan yang diharapkan bisa dicapai dengan
baik
11) Satu
contoh praktek pendidikan, seorang ibu mensehati anaknya agar selalu rajin
belajar.
12) Praktek
pendidikan (praktek mendidik) berlangsung dalam kegiatan/ interaksi sosial/
antara pendidik dan peserta didik yang berlangsung dalam suatu lingkungan untuk
mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
13) Praktek
pendidikan sebagai ilmu mempunyai arti bahwa ilmu pendidikan dapat dijadikan
dasar dan petunjuk bagi praktek pendidikan, implikasinya, untuk menjadi guru,
seseorang dapat mempelajarinya melalui ilmu pendidikan
14) Mengapa
pendidikan dipandang sebagai seni? Sebab mengajar melibatkan emosi, yang tidak
dapat dinilai dan dikerjakan secara sistematis dan nilai-nilai kemanusiaan
adalah nilai-nilai yang berada diluar jangkauan dari ilmu. Mengajar tidak dapat
seluruhnya dikerjakan berdasarkan formula-formula tetapi harus melibatkan hati.
15) Sebagai
suatu upaya yang menuntut perencanaan yang matang dan menuntut kreasi atas
dasar pertimbangan bahwa “objek” yang dididik adalah manusia sebagai pribadi,
maka praktek pendidikan hendaknya merupakan upaya paduan antara ilmu dan seni.
BAB V
LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN
1) Idealisme
Hakikat realitas bersifat spiritual. Tokohnya adalah
Plato, manusia hakikatnya bersifat spiritual/ kejiwaan. Pengetahuan diperoleh
dengan cara mengingat kembali. Sedang nilai-nilai berifat abadi. Manusia
diperintah oleh nilai-nilai moral imperatif dan abadi yang bersumber dari
realitas yang absolut.
Tujuan pendidikan adalah untuk membantu perkembangan
pikiran dan diri pribadi (self) siswa. Kurikulum pendidikan berisikan
pendidikan liberal dan vokasional/ praktis. Orientasi pendidikan adalah
esensialisme. Metode pendidikan yang digunakan adalah metode dialektik, tetapi
beberapa metode yang efektif yang mendorong belajar dapat diterima. Metode
pendidikan idealisme cenderung mengabaikan dasar-dasar fisiologis dalam
belajar. Guru harus menjadi unggul agar menjadi teladan bagi siswanya. Baik
secara moral maupun intelektual. Siswa berperan bebas mengembangkan kepribadian
bakat-bakatnya.
2) Realisme
Hakikat realitas bersifat objektif. Tokohnya adalah
John Locke. Manusia hakikatnya sesuai dengan apa yang dikerjakannya.
Pengetahuan manusia tentang realitas tidak dapat mengubah substansi/ esensi
realitas. Nilai-nilai individual dapat diterima apabila sesuai dengan nilai-nilai
umum masyarakatnya.
Tujuan pendidikan agar para
siswa dapat bertahan hidup di dunia yang bersifat alamiah, memperoleh keamanan
dan hidup bahagia. Kurikulum pendidikan meliputi: a. Sains/ IPA dan
Matematika
b. Ilmu-ilmu
kemanusiaan dan ilmu-ilmu sosial
c. Nilai-nilai
Metode mengajar yang
disarankan bersifat otoriter. Orientasi pendidikan adalah essensialisme. Guru
adalah penentu materi pelajar sedang siswa berperan untuk menguasai pengetahuan
yang diandalkan.
3) Pragmatisme
Hakikat realisme adalah segala sesuatu yang dialami
manusia (pengalaman) bersifat flural dan terus menerus berubah. Tokohnya adalah
John Dewey. Manusia adalah bagian daripadanya dan terus menerus bersamanya.
Pengetahuan bersifat relatif, pengetahuan dikatakan bermakna apabila dapat
diaplikasikan. Nilai tidak bersifat eksklusif tidak berdiri sendiri, melainkan
ada dalam suatu proses, yaitu dalam tindakan/ perbuatan manusia itu sendiri.
Perndidikan bertujuan menyediakan pengalaman untuk
menemukan/ memecahkan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi dan kehidupan
sosialnya. Kurikulum pendidikan berisi pengalaman-pengalaman yang telah teruji,
yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Metode pendidikan mengutamakan
penggunaan metode pemecahan masalah dan metode penyelidikan dan penemuan.
Orientasi pendidikan adalah progresivisme.
4) Scholatisisme
Segala realitas – kecuali Allah – memiliki struktur
esensi dan eksistensi manusia adalah ciptaan Tuhan dan merupakan kesatuan
badani dan ruhani. Tokohnya adalah Thomas Aquinas. Kebenaran absoluts dapat
diperoleh manusia berdasarkan keimanan (fath). Nilai-nilai kebenaran yang
pasti, absolute, universal dan abadi di dalam kebudayaan masa lampau dipandang
sebagai kebudayaan ideal.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensialitas
manusia secara penuh menurut doktrin Scholastic. Isi kurikulum bersumber dari
buku-buku besar dan doktrin yang dipandang memuat pengetahuan dn nilai-nilai
yang universal dan abadi. Orientasi pendidikan adalah perenialisme. Metode
pendidikan mengutamakan mendisiplinkan pikiran, latihan formal, persiapan jiwa
dan catekhisme. Guru harus menjadi teladan.
5) Konstruktivisme
Realitas adalah fenomina sejauh dipahami oleh yang
menangkapnya. Tokohnya adalah Jean Piaget. Manusia dituntut aktif membangun
sendiri pengetahuannya bukanlah suatu potret dunia kenyataannya yang ada,
melainkan hasil konstruksi. Tujuan pengajaran lebih menekankan pada
perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam sebagai hasil konstruksi aktif
si pelajar. Kurikulumnya lebih sebagai suatu persoalan yang perlu dipecahkan
berbagai metode yang membantu pelajar belajar. Guru sebagai mediator dan
fasilitator sedang siswa dituntut aktif belajar.
6) Landasan Filsafat Pendidikan Nasional
Pancasila
Realitas tidaklah ada dengan sendirinya melainkan
sebagai ciptaan Tuhan YME. Manusia adalah kesatuan badani-ruhani yang hidup
dalam ruang dan waktu, memiliki kesadaran dan penyadaran diri, mempunyai
berbagai kebutuhan, dibekali naluri dan nafsu, serta memiliki tujuan hidup.
Manusia dapat memperoleh pengetahuan melalui keimanan/ kepercayaan, berfikir,
pengalaman empiris, penghayatan dan intuisi. Hakikat nilai diturunkan dari
Tuhan YME, masyarakat dan individu. Pendidikan bertujuan mengembangkan potensi
siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME. Kurikulum
pendidikan diatur dalam peraturan pemerintah (pasal 36 UU RI No. 20 Tahun 2003.
Tentang Sistem Pendidikan Nasional). Metode pendidikan yang digunakan mengacu
kepada prinsip CBSA.
Latihan/ Tugas
1.
Hakikat realitas (Idealisme) : bersifat spiritual
2.
Hakikat nilai
(Idealisme) : nilai itu bersifat abadi
3.
Tujuan pendidikan (Idealisme) : membantu perkembangan
dan diri pribadi (self) siswa.
4.
Metode utama pendidikan Idealisme adalah metode
dialektik
Adapun orientasi pendidikannya adalah cara berpikir dan moral siswa/
esensialisme.
5.
Hakikat pengetahuan (Realisme) : pengetahuan manusia
tentang realitas tidak dapat mengubah substansi atau esensi realitas
6.
Hakikat manusia (Realisme) : manusia adalah bagian dari
alam, ia muncul dialam sebagai hasil puncak dari mata rantai evaluasi yang
terjadi dialam . manusia sesuai dengan apa yang dapat dikerjakannya
7.
Isi/kurikulum pendidikan (Realisme) : meliputi sains
(IPA) dan Matematika, ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu-ilmu sosial, nilai-nilai.
8.
Peranan pendidik dan peserta didik (Realisme) : guru
pengelola KBM di kelas. Siswa menguasai pengetahuan yang diandalkan.
9.
Hakikat realitas (Pragmatisme) : segala sesuatu yang
dialami manusia (pengalaman) bersifat plural, dan terus menerus berubah.
10. Hakikat
pengetahuan (Pragmatisme) : pengetahuan bersifat relatif, pengetahuan dikatakan
bermakna apabila dapat diaplikasikan.
11. Tujuan
pendidikan (Pragmatisme) : mengerjakan seseorang bagaimana berpikir dan
menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat.
12. Metode utama pendidikan Pragmatisme adalah 1).
Pemecahan masalah dan 2) penyelidikan dan penemuan.
13. Hakikat
manusia (scholastisme) : manusia adalah ciptaan Tuhan yang merupakan kesatuan
antara badani dan rohani.
14. Hakikat
realitas (scholastisme) : alam semesta adalah ciptaan Allah
15. Tujuan
pendidikan (scholastisme) : Mengembangkan potensialitas manusia secara penuh
menurut doktrin scolastis.
16. Kurikulum
pendidikan (scholastisme) : meliputi agama dan ilmu kemanusiaan. disiplin
Matemaika, bahasa, logika dan retotika. juga penting.
17. Hakikat
realitas (Konstruktivisme) : manusia tidak pernah dapat mengerti realitas yang
sesungguhnya secara ontologis.
18. Hakikat
pengetahuan (Konstruktivisme) : sumber pengetahuan berasal dari dunia luar
tetapi dikonstruksikan dari dalam diri individu.
19. Tujuan
pendidikan (Konstruktivisme) : lebih menekankan pada pengembangan konsep dan
pengertian (pengetahuan) yang mendalam sebagai hasil hasil konstruksi aktif si
pelajar.
20. Metode
pendidikan (Konstruktivisme) : penggabungan penggunaan berbagai metode
pengajaran
21. Hakikat
realitas (Pancasila) : hakikat realitas tidaklah ada dengan sendirinya,
melainkan sebagai ciptaan Tuhan YME.
22. Hakikat
nilai (Pancasila) : Hakikat nilai diturunkan dari Tuhan, masyarakat dan
individu.
23. Hakikat
manusia (Pancasila) : Manusia adalah makhluk Tuhan YME, yang merupakan kesatuan
badani-rohani yang hidup dalam ruang dan waktu, memiliki kesadaran dan
penyadaran diri mempunyai berbagai kebutuhan, dibekali naluri dan nafsu, serta
memiliki tujuan hidup.
24. Tujuan
pendidikan (Pancasila) : Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
25. Peran
pendidik dan peserta didik (Pancasila) :
Peran pendidik : menjadi teladan, pembimbing dan motivator bagi siswa.
Peran peserta didik : memahami dan menguasai perubahan (agen perubahan
atau petunjuk realitas)
BAB VI
LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN
A. Nativisme
Tokohnya adalah Schoupenhauer dan Arnold Gessel. Teori
ini lebih menekankan pada faktor keturunan. Implikasi terhadap pendidikan yaitu
kurang memberikan kemungkinan bagi pendidik dalam upaya mengubah kepribadian
peserta didik.
B. Empirisme
Tokohnya adalah John Locke dan S.B Waston. Teori
menyatakan bahwa yang menentukan perkembangan anak sepenuhnya adalah
lingkungan. Implikasi terhadap pendidikan adalah memberikan kemungkinan
sepenuhnya bagi pendidikan untuk dapat membentuk kepribadian peserta didik,
tanggung jawab pendidikan sepenuhnya ada dipihak pendidik.
C. Konvergensi
Tokohnya adalah William Stern dan Robert J. Havighurt.
Mereka berasumsi bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor keturunan
dan faktor lingkungan. Implikasinya adalah memberikan kemungkinan bagi pendidik
untuk dapat membantu perkembangan individu sesuai dengan apa yang diharapkan.
I. Teori Belajar
a.
Behaviorisme
Tokohnya B.F skinner
b.
Kognitif
Tokohnya Jerome Bruner
c.
Humanisme
Tokohnya Carl Rogers
Latiahan/ Tugas
Setelah
mempelajari uraian pada bab ini,
kerjakanlah latihan/tugas berikut ini:
1.
Perkembangan (development)
adalah : proses perubahan yang berlangsung terus menerus sejak masa konsepsi
sampai akhir hayat
2.
Kematangan (maturation) adalah perubahan-perubahan pada diri
individu sebagai hasil dari pertumbuhan fisik atau perubahan-perubahan biologis
daripada sebagai perubahan melalui pengalaman.
3.
Belajar (learning)
adalah perubahan tingkah laku pada diri individu yang bersifat relatif permanen
dan terjadi sebagai hasil pengalaman.
4.
Faktor-faktor perkembangan individu menurut teori
Nativisme adalah faktor keturunan.
5.
Menurut teori Konvergensi perkembangan individu
ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan.
6.
Tokoh teori Empirisme antara lain bernama John Locke
dan JB. Waston.
7.
Urutan tahap perkembangan individu menurut Havighurst
adalah:
- Masa bayi/ anak-anak (6-12 tahun)
- Masa remaja/ Adolesen (12-18 tahun)
- Masa dewasa (18 tahun - …)
8.
Tujuan, isi dan metode pendidikan harus disesuaikan
dengan tahap perkembangan individu (peserta didik) sebab, perkembangan individu
berlangsung secara bertahap dan setiap individu memiliki perkembangan yang
bervariasi.
9.
Dua jenis perlakuan orang dewasa/ pendidik yang
diharapkan bagi peserta didik remaja awal adalah:
- Memberikan kesempatan berolahraga secara tim tetapi tidak mengutamakan fisik yang berat
- Menerima makin dewasanya anak didik
10. Motivasi
belajar (Behaviorisme) bersifat ekstrinsik melalui pembiasaan secara terus
menerus atau melalui reinformcement
11. Motivasi
belajar (Kognitif) bersifat intrinsik yang timbul berdasarkan pengetahuan yang
telah diketahui anak
12. Motivasi
belajar (Humanisme) : bersifat intrinsik yaitu berdasarkan pemuasan
kebutuhan-kebutuhan individual peserta didik
13. Bentuk
pengelolaan kelas (Behaviorisme) : berpusat pada guru hubungan-hubungan sosial
hanya merupakan cara untuk mencapai tujuan, bukan tujuan yang hendak dicapai.
14. Metodologi
pembelajaran (Kognitif) : menggunakan kurikulum dan metode-metode yang
berfungsi mengembangkan keterampilan dasar berfikir.
15. Individualisasi
(Humanisme) : perlakuan terhadap individu didasarkan atas kebutuhan individual
dan kepribadian peserta didik.
BAB VII
LANDASAN SOSIOLOGIS DAN
ANTROPOLOGIS PENDIDIKAN
A. Individu, Masyarakat dan Kebudayaan
Individu adalah
manusia perseorangan sebagai kesatuan yang tak dapat dibagi, dan bersifat unik.
Masyarakat adalah sekelompok manusia yangh hidup dan bekerja sama cukup lama
sehingga menjadi satu kesatuan sosial. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1985).
Pendidikan
hakikatnya meliputi sosialisasi dan enkulturasi. Pendidikan yang berlangsung
diberbagai lingkungan/ lembaga ada yang bersifat formal, informal dan non
formal.
Fungsi utama
pranata pendidikan, yaitu:
1) Fungsi konservasi
2) Fungsi inovasi/kreasi/transformasi
Tiga pola kegiatan sosial pendidikan,
yaitu:
1) Pola Nomokhetis
2) Pola Ideografis
3) Pola Transaksional
Latihan/ Tugas:
Setelah selesai
mempelajari uraian bab ini, kerjakanlah latihan/tugas berikut ini:
1.
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan dapat menjadi
milik manusia melalui upaya :hidup bermasyarakat
2.
Asribed status adalah status yang diperoleh sejak
lahir, sedangkan achieved status adalah status yang diraih melalui upaya
tertentu
3.
Tindakan sosial adalah perilaku individu yang dilakukan
dengan mempertimbangkan dan berorientasi kepada perialku orang lain untuk
mencapai tujuan tertentu.
4.
Untuk mempertahankan eksistensi masyarakat dan
kebudayaannya, masyarakat melakukan upaya:
- Sosialisasi
- Enkulturasi
5.
Sosialisasi adalah proses dimana anak belajar menjadi
seorang anggota yang berpartisifasi dalam masyarakat
6.
Enkulturasi adalah suatu proses dimana individu belajar
cara berpikir, bertindak dan merasa yang mencerminkan kebudayaan masyarakatnya
7.
Makna pendidikan meliputi makna sosialisasi dan
enkulturasi, sebab pendidikan diupayakan antara lain agar peserta didik mampu
hidup bermasyarakat dan berbudaya
8.
Pranata sosial adalah perilaku terpola yang digunakan oleh
suatu masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasarnya.
9.
Pendidikan sebagai pranata sosial berfungsi untuk
proses sosialisasi dan enkulturasi
10. Karakteristik
pendidikan sepanjang hayat: 1) Keterpaduan vertikal 2) Keterpaduan horizontal
3) keterpaduan ekologi, 4) keragaman dan keluarga dalam pendidikan
11. Mengapa
pendidikan dalam keluarga disebut pendidikan informal? Sebab cara-cara
pendidikan dalam keluarga berlangsung dalam cara-cara dan suasana yang wajar.
12. Pendidikan
dalam keluarga berfungsi:
1)
peletak dasar pendidikan anak
2)
persiapan ke arah kehidupan anak dalam masyarakat
13. Sekolah
adalah suatu satuan sosial/ lembaga sosial yang kskhususan tugasnya ialah
melaksanakan proses pendidikan
14. Tiga
fungsi pendidikan nonformal dalam hubungannya dengan sekolah
- pengganti
- penambah
- pelengkap
15. Fungsi
pendidikan bagi masyarakat dan kebudayaan:
- fungsi konservasi
- fungsi inovasi
16. Dua
macam fungsi sekolah:
- fungsi intern
- fungsi ekstern
17. Kegiatan
sosial pola nomotheis mengimplikasikan pendidikan sebagai: sosialisasi
kepribadian
18. Kegiatan
sosial pola transaksi mengimplikasikan pendidikan sebagai: suatu sistem sosial
yang mengutamakan keseimbangan
19. Jaeger
membedakan dua pola sosialisasi, yaitu:
- cara represi
- pola sosialisasi partisipasi
20. Konformitas
adalah bentuk interaksi yang didalamnya setiap individu berperilaku terhadap
individu lainnya sesuai dengan yang diharapkan kelompok/ masyarakat
21. Tipe
guru lion tamer, adalah guru yang
menggiring murid-murid untuk mempelajari hal-hal yang dipilihkan oleh guru
dengan pertimbangan itulah yang terbaik bagi mereka.
BAB VIII
LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN
Proses pendidikan di Indonesia melewati berbagai tahapan/ zaman, yaitu:
1.
Zaman purba
2.
Zaman kerajaan Hindu-Belanda
3.
Zaman kerajaan Islam
4.
Zaman pengaruh Portugis dan Spanyol
5.
Zaman pemerintahan kolonial Belanda
Kebijakan dan praktek pendidikan yang diselenggarakan rakyat dan kaum
pergerakan antara lain:
1)
Budi Utomo
2)
Muhammadiyah
3)
Perkumpulan Putri Mardika
4)
Trikoro Dharmo
5)
Perguruan Taman Siswa
6)
Ksatrian Institute
7)
Nahdlatul Ulama
8)
INS Kayutanam
Sekarang pada masa penduduk Jepang, pendidikan diarahkan demi kepentingan
perang Asia Timur Raya.
Pendidikan Indonesia periode tahun 1945-1969 dan masa pembangunan jangka
panjang ke 1: 1969-1993
Tugas/Latihan:
1. Tujuan pendidikan pada zaman Purba
adalah agar generasi muda dapat mencari nafkah, membela diri, hidup
bermasyarakat, taat terhadap adapt, nilai-nilai religius yang mereka yakini.
2. Pada zaman Kerajaan Hindu selain di
dalam keluarga dan paguron, pendidikan juga dilaksanakan di lembaga pendidikan
bernama pesantren
3. Pada zaman Kerajaan Islam pendidikan
bersifat demokratis, artinya: pendidikan adalah hak semua orang, adapun dasar/ landasannya yaitu tauhi,
Al-Qur’an, hadist, fikih, bahasa arab (membaca dan menulis)
4. Tujuan pendidikan pada zaman
Portugis/Spanyol adalah: penyebaran agama Katolik
5. Lima karakteristik pendidikan pada zaman
pemerintahan Kolonial Belanda adalah :
- Dualisme pendidikan
- Sistem konkordansi
- sentralisasi pengelolaan pendidikan oleh pemerintah
- Menghambat pergerakan nasional
- Munculnya perguruan swasta yang militant demi perjuangan nasional (kemerdekaan)
6. Kaum Pergerakan Nasional berjuang
melalui jalur pendidikan, sebab mengingat cirri-ciri pendidikan yang
diselenggarakan pemerintah colonial Belanda yang tidak memungkinkan bangsa Indonesia
menjadi cerdas, bebas, bersatu dan merdeka.
7. Tiga karakteristik pendidikan
(nasional) yang diselenggarakan Kaum Pergerakan Nasional pada zaman kolonial
Belanda adalah :
- Bersifat nasionalist dan anti Belanda
- Berdiri sendiri/ percaya kepada kemampuan sendiri
- Pengakuan kepada eksistensi perguruan swasta sebagai perwujudan harga diri yang tinggi.
8. Dasar pendidikan Perguruan Taman
Siswa adalah Panca Dharma. Dua dharma yang terutama melandasi semboyan
"tutwuri handayani" atau "Among Methode" adalah 1) kodrat alam, 2) kemerdekaan
9.
Tujuan pendidikan pada zaman pendudukan militerisme
Jepang adalah : pendidikan diarahkan demi kepentingan perang Asia
TimurRaya
10.
Sebagai koreksi terhadap kebijakan dan praktek
pendidikan era Orde Lama (Era Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahap
Pertama 1961-1969), Orde Baru menetapkan kembali Pancasila clan UUD 1945
sebagai dasar pendidikan nasional. Asas (Dasar) pendidikan nasional pada era
Orde Lama yang dikoreksi itu adalah: Manifesto Politik Republik Indonesia
sebagai GBHN.
11.
Selama PJP I telah dilakukan tiga kali perubahan
kurikulum sekolah, Ketiga kurikulum sekolah yang dimaksud adalah: 1) kurikulum
1968, 2) kurikulum 1975, 3) kurikulum 1984.
12.
Hasil pembangunan pendidikan selama PJP I dalam
hubungannya dengan ketenagakerjaan di Indonesia masih memunculkan masalah
relevansi. Maksudnya: kurangnya keterkaitan dan kesepadanan antara output
pendidikan dengan kebutuhan tenaga kerja
13. Dalam rangka
memecahkan masalah mutu tenaga kepandidikan (guru SD SMP dan SMA, Kebijakan
yang telah diambil dan dilaksanakan pemerintah pada PJP I adalah : meningkatkan
kualifikasi guru SD dengan DI, DII, guru SMP dengan DIII, untuk SMA dipegang
dengan SMA.
14. Pemerintah
kolonial Belanda pernah memberlakukan sistem
dualisme pendidikan, yaltu : pendidikan untuk bangsa Belanda yang
dibedakan dengan pendidikan untuk kalangan Bumi Putera.
15. Dewasa ini
kualifikasi akademik pendidikan guru minimal D IV atau S1. Apakah ada
tanda-tanda keberlanjutan kebijakan tersebut dengan upaya pemecahan masalah
mutu guru pada masa PJP I? Jelaskan: ya, ada, selama PJP 1 dan sudah sejak
pelita I keinginan untuk melakukan inovasi pendidikan sangat besar. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidik.
BAB IX
LANDASAN YURIDIS
PENDIDIKAN
Pasal
31 ayat 3 UUD 1945 “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan Undang-undang.”
1.
Pendidikan : pasal 1 ayat 1 Undang-undang RI No. 20
tahun 2003
2.
Pendidikan Nasional dan Sistem Pendidikan Nasional :
pasal 1 ayat 2 UU RI No. 10 Tahun 2003.
3.
Dasar Pendidikan Nasional : pasal 2 UU RI No. 20 Tahun
2003.
4.
Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional : pasal 3 UU RI
No. 20 Tahun 2003.
5.
Hak dan Kewajiban Warga Negara : - pasal 31 ayat 1 UUD
1945
-
pasal 5 UU RI No. 20 Tahun 2003
Semua
yang mencakup pendidikan dan aspek-aspek yang ada didalamnya ada dalam UU RI
No. 20 Tahun 2003. Tentang “Sistem Pendidikan Nasional.”
Latihan/Tugas
Setelah selesai mempelajari uraian
bab ini, kerjakanlah latihan/tugas berikut ini:
1. Satu contoh landasan yuridis
pendidikan nasional adalah : UUD 45
2. Cita-cita bangsa Indonesia di
bidang pendidikan sebagaimana tersurat pada Pembukaan UUD 1945 adalah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa
3. Amanat yang tersurat pada Pasa1 31
ayat (3) UUD 1945 adalah : pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang
diatur dengan undang-undang
4. Pendidikan nasional adalah :
pendidikan yang berdasarkan pancasila dan UUD Negara RI
tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agamam kebudayaan nasional Indonesia dan
tanggapan terhadap tuntutan perubahan zaman.
5. Dasar pendidikan nasional adalah :
pancasila dan UUD 45
6. Tiga jalur pendidikan dalam sistem
pendidikan nasional : 1) formal, 2) nonformal, 3) informal
7.
SMP dan MTs tergolong jenjang pendidikan : Dasar
8.
Bentuk (satuan) pendidikan nonforrnal yang sederajat
dengan SMA adalah : program paket C
9.
Dua bentuk satuan pendidikan anak usia dini yang
diselenggarakan pada jalur pendidikan formal adalah : 1) SD, 2) MI
10. Kepala sekolah
memaksa peserta didik untuk mengikuti pelajaran agama yang diajarkan oleh guru
agama yang tidak seagama dengan peserta didik. Ini adalah contoh pelanggaran
terhadap : hak azasi sila ke 1 hukum sara.
11. Tujuan Standar Nasional
Pendidikan adalah : menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
(pasal 4)
12. Menurut standar
penilaian pendidikan, hasil penilaian atas hasil belajar digunakan pendidik
untuk:
1)
Menilai pencapaian kompetensi peserta didik
2)
Bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan
3)
Mempebaiki proses pembelajaran
13. Menurut standar
pengelolaan oleh satuan pendidikan, pengambilan keputusan pada satuan
pendidikan dasar di bidang akademik dilakukan oleh : peraturan mentri
berdasarkan usulan BSNP
14. Fungsi
kedudukan guru sebagai tenaga professional adalah : meningkatkan martabat dan
peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional
15. Menurut UU RI
No. 14 Tahun 2005, guru dapat diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatan guru karena:
- melanggar sumpah dan janji jabatan
- melanggar perjanjian kerja/ kesepakatan kerja bersama, melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas selama 1 bulan/ lebih secara terus menerus.
16.
Penyusunan kurikulum pada
tingkat satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah harus berpedoman pada panduan yang dikeluarkan
oleh : BNSP
17.
Menurut UU RI No. 14 Tahun
2005, agar guru diakui berkedudukan sebagai tenaga professional harus
dibuktikan dengan : sertifikasi
18.
Kompetensi pendidik sebagai
agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan
anak usia dini meliputi:
- Kompetensi pedagogik
- Kompetensi kepribadian
- Kompetensi social
- Kompetensi professional
19.
Penyelenggara dan/atau
satuan pendidikan formal yang didirikan oleh pemerintah atau masyarakat
berbentuk : pendidikan keagamaan
20.
Pendanaan pendidikan menjadi
tanggung jawab bersama antara : pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar