IMPLEMENTASI METODE DISCOVERY DALAM
PEMBELAJARAN IPA KONSEP DASAR FISIKA UNTUK
KELAS V SD
Berdasarkan permasalahan yang telah
dikemukakan pada perumusan masalah, maka pemahaman konsep IPA akan meningkat melalui metoda discovery dengan
mengoptimalkan KIT IPA dan model Sederhana serta pada perencanaan pelaksanaan
pembelajaran dan menilai hasil kemampuan siswa dalam pembelajaran IPA.
Dengan merujuk kepada Nuryani
Rustaman (1992) keterampilan proses yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran
IPA di SD adalah:
- Melakukan pengamatan (observasi)
- Menafsirkan hasil pengamatan (interpretasi dan inferensi)
- Mengelompokan (klasifikasi)
- Meramalkan (prediksi)
- Berkomunikasi
- Berhipotesis
- Merencanakan percobaan atau penyelidikan
- Menerapkan konsep atau prinsip
- Mengajukan pertanyaan
- Keterampilan menyimpulkan
Variabel yang Diselidiki
Variabel-variabel penelitian untuk
mengatasi permasalahan yang telah dirumuskan sebagai berikut :
a.
Variabel
input : kesulitan siswa kelas V
dalam memahami konsep-konsep dasar IPA.
b.
Variabel
proses : keterampilan siswa kelas V dalam mencermati dan mengamati model
yang berhubungan dengan materi dan konsep.
c.
Variabel
output : peningkatan keterampilan siswa dalam bereksperimen.
Perencanaan
Pada perencanaan ini dibuat
instrumen-instrumen yang diperlukan dalam pembelajaran, antara lain :
1)
Membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
2)
Mempersiapkan
alat dan bahan untuk peraktek.
3)
Membuat
lembar observasi untuk merekam perencanaan, pelaksanaan, dan hasil kemampuan
siswa dalam memberi contoh lain dan menyimpulkan tentang konsep IPA
A.
Wacana Tentang Cahaya
Cahaya memiliki berbagai sifat
sebagai berikut:
1. merambat lurus
2. dapat dibiaskan
3. dapat dipantulkan
4. menembus benda bening
Cahaya terdiri dari berbagai warna:
- merah
- Jingga
- Kuning
- hijau
- biru
- nila
- unggu
B.
Rencana Pelaksanaan Pengajaran
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : IPA
Kelas / Semester : V / II
Alokasi Waktu : 2 X 35 Menit
|
I.
Standar Kompetensi
Cahaya dan sifat-sifatnya.
II.
Kompetensi Dasar
Menjelaskan sumber-sumber cahaya alam dan buatan
III.
Indikator
Memahami tentang sifat-sifat cahaya melalui praktek
IV.
Materi Pokok
Sifatsifat cahaya
V.
Langkah-langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
1.
Berdo’a, mengisi daftar kelas,
mempersiapkan materi ajar, model dan alat peraga.
2.
Memotivasi siswa untuk
mengeluarkan pendapat.
3.
Mengajukan beberapa pertanyaan
materi minggu lalu.
4.
memberikan arahan untuk
peraktek.
B. Kegiatan Inti
1.
Siswa dibagi dalam lima kelompok. Per
kelompok menyebar mencari tempat di luar kelas.
2.
Siswa menerima satu kantung
plastik berisi bejana, cermin datar, selembar kertas putih.
3.
Siswa membuka kantong plastik,
kemudian mengamati secara teliti benda-benda yang ada.
4.
siswa melakukan peraktek dan
guru hanya mengarahkan dan meninjau siswa.
5.
Siswa membuat catatan tentang temuannya.
C. Kegiatan Penutup
1.
Siswa menyampaikan secara lisan
temuannya.
2.
Guru memberi komentar temuan
siswa dengan menyesuaikan istilah yang digunakan siswa dengan istilah dalam
IPA.
3.
Guru menjelaskan tentang sifat
cahaya hasil peraktek dan temuan siswa.
VI.
Sumber dan Alat Belajar
A. Sumber Belajar : Buku Sains
untuk Sekolah Dasar Kelas V Penerbit Erlangga.
B. Alat Peraga
1.
Bejana
2.
Cermin datar
3.
Kertas
4.
Air
VII.
Metode Pembelajaran
A.
Ceramah
B.
Tanya jawab
C.
Demonstrasi
D.
Pemberian tugas
VIII.
Penilaian
A. Tes Tertulis : Hasil
LKS siswa
B. Tes Perbuatan : Dilakukan
ketika pembelajaran berlangsung
Tasikmalaya, Mei 2008
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Kelas V
NIP. NIP.
LEMBAR KERJA SISWA
Alat dan Bahan
1.
Bejana
2.
Cermin datar
3.
Kertas
4.
Air
Cara Kerja
- Isilah baskom dengan air jernih.
- Masukan cermin kedalam bejana berisi air tersebut.
- Aturlah cermin sehingga dapat memantulkan cahaya matahari.
- Gunakan kertas putih untuk menangkap pantulan cahaya dari cermin.
- Amati apa yang terjadi
Pertanyaan
- warna apa saja yang terlihat oleh mu? Tulis apa yang terjadi!
- gunakan air yang keruh, lalu apa yang terjadi?
Kinerja Siswa
Aspek
Yang Diamati
|
Kelompok Siswa
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
1. Penggunaan alat sesuai dengan
fungsi.
2. Kerjasama antar kelompok nampak
kompak.
3. Menunjukkan minat/inisiatif
beraktivitas.
4. Dapat menerima/menghargai
pendapat orang lain.
5. melakukan pengamatan dan percobaan dengan seksama
6. Semua anggota kelompok bergilir
melakukan percobaan. Dilakukan dengan mandiri (tanpa bantuan guru yang
berarti).
7. Menindaklanjuti alat-alat/objek
pengamatan.
8. Keakuratan dan ketepatan data
hasil pengamatan.
9. Mengelola waktu, alat dan bahan
secara efektif dan efesien.
10. Semua anggota kelompok
menyimpulkan hasil percobaan.
|
|
|
|
|
|
Jumlah
Rata-rata
|
|
|
|
|
|
BAB IV
KESIMPULAN
Salah satu kelemahan pembelajaran IPA selama ini adalah
pembelajarannya lebih menekankan pada penguasaan sejumlah fakta dan konsep, tetapi kurang menekankan
pada penguasaan kemampuan dasar. Pembelajarannya hanya sekedar pemindahan
konsep-konsep yang kemudian menjadi bahan hapalan bagi siswa dan bahkan
evaluasi hasil belajar (EHB) sebagai ukuran utama prestasi siswa dan kesuksesan
guru dalam mengelola pembelajaran. Oleh karena itu guru tidak terdorong untuk
menghadirkan penomena-penomena alam ataupun melalui alat peraga sederhana
kedalam pembelajaran, dan dengan sadar mengabaikan tuntutan ideal kurikulum dan
hakikat pendidikan IPA sebagai proses, produk, dan sikap (nilai). Oleh karena
itu pemerintah mengembangan kurikulum yang beralih dari kurikulum berbasis isi
atau materi ke kurikulum berbasis kemampuan agar guru tidak hanya menekankan
pada kemampuan kognitif siswa saja, tapi lebih kepada kemampuan dasar yang
terdiri dari proses, produk, dan sikap.
Metode Discovery merupakan komponen
dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara
belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri
dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan
suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara,
termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai
alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses
belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi
yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.
DAFTAR
PUSTAKA
Action
Research. (tanpa tahun).
Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Ali, M. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. 1984. Bandung: Sinar Baru.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Hendri Mulyana,
Edi, dkk (2005) Metodologi Pembelajaran
Sains di Sekolah Dasar. Tasikmalaya:Universitas Pendidikan Indonesia
Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran. 2006.
Mimbar Pendidikan. 2006. Berbagai
Pendekatan Dalam Pembelajaran. Bandung:
University Press UPI.
M. Dahlan. 1984. Model-model
Mengajar. Bandung:
Diponegoro.
Surakhmad, Winarno. 1986. Pengantar
Penelitian Ilmiah. Bandung:
Tarsito.
Wardani, I. et al. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Winkel. (1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar